Roma 2: 1
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang
lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang
lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Bacaan
Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu59[/kitab]; [kitab]Marku9[/kitab]; [kitab]IITaw29-30[/kitab]
Sebelum saya
dan suami saya Robert menyadari akar kesalahan dari konflik yang terjadi dalam pernikahan
kami, saat itu kami masih tetap berjuang untuk menyelamatkan pernikahan ini. Ibarat
seperti seekor burung yang berjuang bebas dari sebuah perangkap. Kami berdua sama-sama terluka. Saya berpikir saat itu bahwa konflik ini tidak akan pernah usai.
Perjuangan kami
untuk menyudahi kekacauan ini terus berlanjut. Kami semakin saling menyakiti dan
menjatuhkan. Saya tidak pernah menduga ternyata sayalah yang memegang kunci dari
permasalahan ini. Saya menyadari bahwa saya sudah menghakimi Robert. Penilaian saya
terhadapnya membuat kami terperangkap dalam konflik yang menghancurkan kebahagiaan
kami. Saya juga semakin khawatir apabila Robert akhirnya tak lagi mencari Tuhan.
Firman Tuhan
dalam Matius 7 ayat 1-2 menggema kuat di hati saya, katanya, “Jangan kamu
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu
pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Selama saya masih terus menghakimi suami
saya, saya juga akan mendapatkan penghakiman. Konsekuensi dari pikiran terhadap
suami saya ternyata jauh lebih buruk. Selama berbulan-bulan lamanya, kami berjuang membebaskan diri seperti burung yang terjebak.
Sejak saya minta
ampun atas tindakan saya kepada Robert, saya mulai mempercayakan Tuhan bekerja melakukan
tujuan-Nya. Robert dan saya pun merasakan kebebasan. Dia mulai mencari Tuhan kembali
dan kami kembali menemukan kebahagiaan bersama Tuhan. Kami kembali membangun persekutuan yang sudah pernah kami lakukan bersama.
Penghakiman
tidak hanya terjadi dalam hubungan, tetapi bisa juga terjadi terhadap mertua, pendeta,
rekan kerja, atau tetangga kita. Namun jalan keluar untuk bebas dari perangkap penghakiman
ini adalah firman Tuhan dalam Roma 2: 1 bahwa agar kita tidak dihakimi, maka jangan
coba menghakimi atau menilai orang lain. Karena saat kita menghakimi, kita sendirilah
yang sebenarnya sedang kita hakimi. – Kay Camenisch
Jangan pernah menghakimi orang lain jika tidak ingin
menerima penghakiman